Satu kata menggambarkan
perasaannya saat ini ‘Hancur’, memang ia pernah merasakan ini tapi ini lebih
hancur daripada ia harus menerima kenyataan bahwa orang yang disayangnya itu
harus meninggal. Kenangan pelik itu kembali terngiang dalam benaknya, kejadian
satu tahun lalu belum juga menyembuhkan lukanya dan kekalutannya ditambah lagi
keperihan bahwa ia dibenci oleh orang yang ia sayang. Ia sadar ia melakukan
kesalahan tapi tak bisakah orang itu memaafkannya mengingat selama ini ia
mendampingi pria tersebut. Lalu dengan cara apa yang akan ia lakukan, agar pria
itu memaafkannya?
“Gue kangen banget sama
elo…” Ia bergumam sembari menatap langit biru, ada perasaan nyaman saat
memandang langit itu seakan-akan bayangan masa lalunya tampak di sana tengah
tersenyum padanya mengisyaratkan agar ia kuat.
“Gue juga…” Shilla
menoleh ke samping kanannya begitu suara yang tak begitu asing terdengar di telinganya,
ia menggerutu kesal mendapati pengganggunya tengah tersenyum manis kepadanya.
“Bukan elo…” Kilah
Shilla
“Yayaya… Loe kenapa?
Ada masalah? Masalah apa? Cerita donk sama gue, mungkin gue bisa bantu. Gue kan
pakar masalah.” Cerocos orang di samping Shilla. Gadis itu mendengus sebal.
“Elo nggak perah
berubah ya, tetap aja cerewet.” Ucap Shilla kesal, orang yang ada di sampingnya
hanya nyengir kuda.
“Shilla…” Dari arah
depan tampak sosok wanita tomboy tengah memanggil namanya dan hendak
menghampirinya.
“Gue cariin
kemana-mana, eh nggak taunya elo malah pacaran sama si Cakdut di sini.” Omel
wanita tomboy itu. Shilla mendelik. Apa tadi kata Agni? Pacaran? Ngeh… Nggak
deh.
“Heh!Agnoy, nama gue
Cakka bukan Cakdut. Loe bisa baca nggak sih. Nih lihat, Cakka Kawekas Nuraga .”
Ucap orang yang di samping Shilla tak terima namanya diganti-ganti.
“Lah, suka-suka gue
dong… Mulut-mulut gue, terserah gue mau manggil apa. Lagian ya nama gue itu
Agni bukan Agnoy, Cakdut…” Balas Agni tak mau kalah. Ntah kenapa jika bertemu
dengan Cakka bawaannya pengen marah melulu.
“Woii,,, udah woii… Loe
berdua bikin gue makin bête aja ya. Kerjaannya berantem mulu. Bosan gue denger
bacot kalian.” Bentak shilla yang berada di tengah-tengah kedua orang itu. Agni
dan Cakka langsung kicep.
“Maaf deh…” Ucap mereka
kompak.
“Tau ah gelap… Gue mau
balik ke kelas.” Shilla langsung ngacir menuju kelasnya.
“Shil… Tungguin gue…”
Teriak Agni meninggalkan Cakka sendirian.
“Lah,,, kok ditinggal.
Balik ke kelas juga ah…” Keluhnya juga ikut masuk ke dalam kelasnya.
***
Cakka
menggeleng-gelengkan kepalanya ketika memasuki kelas mendapati sahabatnya
tengah asyik tertidur dengan kepala ditelungkupkan di atas meja, di telinganya
terpasang earphone. Dari dulu sahabatnya ini tak pernah berubah. Setelah
menghampiri sahabatnya dengan keras ia memukul pundak temannya itu.
“Yel,,, bangun woii…”
Teriaknya tepat di telinga pria bernama Gabriel atau Iel. Iel yang merasa
diganggu berdecak kesal, tak bisakah Cakka si pengganggu ini tak mengganggunya
satu hari saja.
“Apaan sih Kka? Gue
ngantuk nih…” Ucapnya, matanya masih setengah terbuka dan mulutnya langsung
menguap.
“Sumpah bau banget
nafas Loe Yel, makan apa sih Loe?” Iel yang dibilangi gitu hanya acuh, tak
penting menjawab leluconan Cakka, bisa-bisa takkan selesai. Lebih baik ia tidur
daripada harus adu bacot dengan Cakka. Kembali lagi ia tertidur tanpa
menghiraukan omelan Cakka.
“Yah,,, Nih anak malah
tidur lagi, belum puas apa dari jam pertama tidur di perpus.” Keluh Cakka. Cakka
memperhatikan keadaan kelasnya. Guru sama sekali belum masuk, tepat di depan
pintu ia mendapati Sivia, Ify, dan Rio yang ingin memasuki kelas kecuali Rio
yang berada di kelas sebelah, mungkin ia hanya ingin mengantarkan Ify. Ia menangkap
suatu keganjilan, Ify Nampak terlihat pucat dan berjalan sempoyongan.
Rio memapah Ify untuk
duduk di bangkunya, sebenarnya tadi ia sudah membujuk Ify agar izin pulang,
tapi Ify bersikeras tidak mau. Katanya ntar Mama nanya yang aneh-aneh kalau Ify
pulang dengan wajah pucat.
“Ya sudah,,, kamu
hati-hati ya Fy, kalau ada apa-apa hubungi Rio. Rio balik ke kelas dulu.” Pamit
Rio pada Ify. Ify hanya mengangguk.
Cakka melongo tak
percaya, Rio yang selama ini ia kenal adalah cowok yang dingin dan cuek tapi
kali ini ia melihat sosok Rio yang berbeda. Dia memperlakukan Ify bak seorang
putri, wajar sih mengingat Ify adalah kembarannya. Sementara Iel yang tadi
tertidur kini menatap Cakka.
“Ka,
kayaknya tadi gue denger suara Rio deh!” Ucap Iel heran karena begitu ia
terbangun pemilik suara itu tidak ada di dalam kelasnya. Cakka menoleh ke arah
Iel.
“Bukan
kayaknya lagi tapi emang beneran.” Ujar Cakka, ia malah sibuk merapikan rambut
harajukunya. Dia bilang sih rambut itu adalah mahkota.
“Lah,
orangnya mana? Kok nggak ada?”Tanya Iel celingak-celinguk
“Udah
pergi kale. Kenapa Loe nyari da?Naksir? Oh My God, Loe ternyata MAHO ya?” Ucap
Cakka lebay dan ia berhasil mendapatkan satu jitakan dari Iel.
“Somplak
Loe,,, bukan gitu kale Ka, gue heran aja kenapa tuh orang ada di sini. Bukannya
dia nggak mau lagi datang ke kelas ini semenjak kejadian lalu itu apalagi ada…”
“Dia
kemari Cuma ngantar tuh orang.” Potong Raka sembari menunjuk gadis di depan
mejanya dengan dagu. Iel mengalihkan pandangannya ke depan dan mendapati
seorang perempuan tengah duduk membelakanginya. Gadis itu begitu asing
dimatanya.
“Siapa
Ka? Nggak pernah lihat?” Tanya Iel
“Anak
baru, loe sih tidur mulu di perpus. Nggak tau kan Loe ada anak baru cantik,
Shilla aja kalah.” Jawab Cakka. Iel menatap Cakka tak percaya, Shilla si Most
Wanted Girl itu saja kalah. Seberapa cantiknya sih nih cewek?Terus ada hubungan
apa dia dengan Rio hingga Rio mau mengantarkannya ke kelas ini? Apa karena dia
lebih cantik dari Shilla makanya sekarang Rio beralih mendekati gadis ini.
“Yel,
PR Loe udah siap belom? Gue lihat donk!” Pinta Sivia yang baru saja ingat ada
PR Kimia yang belum ia kerjakan, tapi tenang saja selama masih ada Iel dijamin
PR-nya akan selesai. Iel mendelik kesal, kebiasaan sekali sahabat kecilnya ini
tak pernah mengerjakan PR di rumah. Iel saja walaupun tukang tidur PR-nya selalu
siap.
Iel
merogoh tasnya dan mengambil buku bersampul biru kemudian menyerahkannya pada
Sivia.
“Loe
kapan berubah sih, dari SD nyontek melulu.” Omel Iel, Sivia yang dibilangi
begitu hanya cengengesan.
“Loe
juga kapan berubahnya, dari SD kebo mulu.” Balas Sivia tak mau kalah.
“Eh,
Vi… Kenalin kita sama Ify donk.” Rengek Cakka ikut-ikutan nimbrung
“Fy,
ada yang pengen kenalan ama elo nih.” Ujar Sivia tapi ia focus pada buku yang
ia tulis untuk menyalin jawaban Iel. Ify membalikkan badannya ke belakang dan
tersenyum ramah. Iel yang baru saja melihat wajah Ify langsung terbengong, kali
ini ia mengakui ucapan Cakka ada benarnya.
“Bidadari…”
Gumam Iel secara tak sadar.
“Bukan
Bidadari… Tapi Ify.” Ucap Ify dengan polosnya, ia dapat mendengar ucapan Iel
yang memandang ke arahnya. Cakka sudah menahan tawa melihat wajah gelagapan Iel
yang kepergok oleh Ify. Ify hanya tersenyum kecil.
“Ah,,,eh…
Gue Gabriel panggil aja iel.” Ucap Iel gugup.
“Kalau
gue Cakka, orang terganteng dan terkeren di Binus ini tapi nomor dua soalnya
nomor satu ditempati Rio sih…” Ujar Cakka narsis, Ify terkekeh pelan ketika
mendengar nama Rio.
“Cakka
lucu banget. Ify suka…” Ucap Ify, Cakka yang dipuji begitu langsung terbang
kalau bisa ia sudah pingsan tapi berhubung badannya yang tergolong berat ia
jadi tak tega pada teman-temannya jika ia pingsan temannya akan mengangkatnya.
“Yang
bener Fy loe suka sama gue?” Tanya Cakka, Ify mengangguk.
“IFY
SUKA SAMA GUE,,, IFY SUKA SAMA GUE…” Teriak Cakka heboh sehingga mengundang
perhatian seluruh penghuni kelas, Sivia yang sibuk menulis memandang Ify yang
tengah tertawa, Iel langsung membekap mulut Cakka agar makhluk narsis itu bisa
diam.
“Loe
nggak gila kan Fy suka sama nih makhluk aneh?” Tanya Sivia penuh selidik
“Ify
nggak gila, beneran Ify suka sama Cakka, habisnya lucu Vi…” Jawab Ify, ia belum
mengerti arti suka pada pertanyaan Sivia.
“Jangan
deh Fy, nih anak satu playboy. Loe jangan mau…” Bujuk Sivia, Cakka yang
mendengar Sivia memburuk-burukkannya di depan Ify hanya bisa mendelik kesal habisnya
mau berontak ucapan Sivia ia masih dibekap sama Iel.
“Maksud
Ify tuh suka dijadiin temen loh Vi bukan dijadiin pacar.” Terang Ify. Sivia
tersenyum lebar, ia mengurut dada tanda lega, ia kira Ify beneran suka sama Cakka.
“Bhahahahaha….”
Iel yang mendengar itu langsung tertawa dan melepaskan bekapan tangannya pada
Cakka. Sementara Cakka malah manyun, ia sudah ke-GR-an duluan. Ia kira Ify suka
padanya.
“Makanya
jadi orang tuh jangan GR…” Ledek Iel di tengah tawanya.
“Yah
Ify, gue kira loe suka beneran sama gue.” Ujar Cakka. Ify tersenyum.
“Kalau
Ify suka sama Cakka ntar Ify dimarahi Rio donk.” Ucap Ify
JLEBBB!!!
Rasanya
hati Iel seperti ditusuk-tusuk seribu jarum, ia baru mengenal Ify tapi kenapa
rasa ini harus ada. Apa karena ada nama Rio makanya hatinya terasa perih
seperti ini? Tapi tak mungkin, kejadian masa lalu itu sudah ia lupakan walaupun
ia yakin orang di masa lalunya itu tak akan bisa melupakan kejadian menyakitkan
itu. Ia memperhatikan wajah cantik Ify, senyuman yang selalu membingkai
wajahnya Nampak begitu tulus. Tunggu senyuman itu sepertinya ia mengenalinya,
mata coklat teduh itu juga ia sangat kenal, tapi siapa? Ia sedikit lupa? Ahh,,
tidak mungkin. Ia baru saja mengenal Ify tapi kenapa ia tidak begitu asing dengan
senyum dan mata itu. Ayo Iel coba ingat dimana kau pernah melihat mata dan
senyum itu….
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar