Selasa, 16 April 2013

Twins In Love Part 4


Satu kata menggambarkan perasaannya saat ini ‘Hancur’, memang ia pernah merasakan ini tapi ini lebih hancur daripada ia harus menerima kenyataan bahwa orang yang disayangnya itu harus meninggal. Kenangan pelik itu kembali terngiang dalam benaknya, kejadian satu tahun lalu belum juga menyembuhkan lukanya dan kekalutannya ditambah lagi keperihan bahwa ia dibenci oleh orang yang ia sayang. Ia sadar ia melakukan kesalahan tapi tak bisakah orang itu memaafkannya mengingat selama ini ia mendampingi pria tersebut. Lalu dengan cara apa yang akan ia lakukan, agar pria itu memaafkannya?
“Gue kangen banget sama elo…” Ia bergumam sembari menatap langit biru, ada perasaan nyaman saat memandang langit itu seakan-akan bayangan masa lalunya tampak di sana tengah tersenyum padanya mengisyaratkan agar ia kuat.
“Gue juga…” Shilla menoleh ke samping kanannya begitu suara yang tak begitu asing terdengar di telinganya, ia menggerutu kesal mendapati pengganggunya tengah tersenyum manis kepadanya.
“Bukan elo…” Kilah Shilla
“Yayaya… Loe kenapa? Ada masalah? Masalah apa? Cerita donk sama gue, mungkin gue bisa bantu. Gue kan pakar masalah.” Cerocos orang di samping Shilla. Gadis itu mendengus sebal.
“Elo nggak perah berubah ya, tetap aja cerewet.” Ucap Shilla kesal, orang yang ada di sampingnya hanya nyengir kuda.
“Shilla…” Dari arah depan tampak sosok wanita tomboy tengah memanggil namanya dan hendak menghampirinya.
“Gue cariin kemana-mana, eh nggak taunya elo malah pacaran sama si Cakdut di sini.” Omel wanita tomboy itu. Shilla mendelik. Apa tadi kata Agni? Pacaran? Ngeh… Nggak deh.
“Heh!Agnoy, nama gue Cakka bukan Cakdut. Loe bisa baca nggak sih. Nih lihat, Cakka Kawekas Nuraga .” Ucap orang yang di samping Shilla tak terima namanya diganti-ganti.
“Lah, suka-suka gue dong… Mulut-mulut gue, terserah gue mau manggil apa. Lagian ya nama gue itu Agni bukan Agnoy, Cakdut…” Balas Agni tak mau kalah. Ntah kenapa jika bertemu dengan Cakka bawaannya pengen marah melulu.
“Woii,,, udah woii… Loe berdua bikin gue makin bête aja ya. Kerjaannya berantem mulu. Bosan gue denger bacot kalian.” Bentak shilla yang berada di tengah-tengah kedua orang itu. Agni dan Cakka langsung kicep.
“Maaf deh…” Ucap mereka kompak.
“Tau ah gelap… Gue mau balik ke kelas.” Shilla langsung ngacir menuju kelasnya.
“Shil… Tungguin gue…” Teriak Agni meninggalkan Cakka sendirian.
“Lah,,, kok ditinggal. Balik ke kelas juga ah…” Keluhnya juga ikut masuk ke dalam kelasnya.
***
Cakka menggeleng-gelengkan kepalanya ketika memasuki kelas mendapati sahabatnya tengah asyik tertidur dengan kepala ditelungkupkan di atas meja, di telinganya terpasang earphone. Dari dulu sahabatnya ini tak pernah berubah. Setelah menghampiri sahabatnya dengan keras ia memukul pundak temannya itu.
“Yel,,, bangun woii…” Teriaknya tepat di telinga pria bernama Gabriel atau Iel. Iel yang merasa diganggu berdecak kesal, tak bisakah Cakka si pengganggu ini tak mengganggunya satu hari saja.
“Apaan sih Kka? Gue ngantuk nih…” Ucapnya, matanya masih setengah terbuka dan mulutnya langsung menguap.
“Sumpah bau banget nafas Loe Yel, makan apa sih Loe?” Iel yang dibilangi gitu hanya acuh, tak penting menjawab leluconan Cakka, bisa-bisa takkan selesai. Lebih baik ia tidur daripada harus adu bacot dengan Cakka. Kembali lagi ia tertidur tanpa menghiraukan omelan Cakka.
“Yah,,, Nih anak malah tidur lagi, belum puas apa dari jam pertama tidur di perpus.” Keluh Cakka. Cakka memperhatikan keadaan kelasnya. Guru sama sekali belum masuk, tepat di depan pintu ia mendapati Sivia, Ify, dan Rio yang ingin memasuki kelas kecuali Rio yang berada di kelas sebelah, mungkin ia hanya ingin mengantarkan Ify. Ia menangkap suatu keganjilan, Ify Nampak terlihat pucat dan berjalan sempoyongan.
Rio memapah Ify untuk duduk di bangkunya, sebenarnya tadi ia sudah membujuk Ify agar izin pulang, tapi Ify bersikeras tidak mau. Katanya ntar Mama nanya yang aneh-aneh kalau Ify pulang dengan wajah pucat.
“Ya sudah,,, kamu hati-hati ya Fy, kalau ada apa-apa hubungi Rio. Rio balik ke kelas dulu.” Pamit Rio pada Ify. Ify hanya mengangguk.
Cakka melongo tak percaya, Rio yang selama ini ia kenal adalah cowok yang dingin dan cuek tapi kali ini ia melihat sosok Rio yang berbeda. Dia memperlakukan Ify bak seorang putri, wajar sih mengingat Ify adalah kembarannya. Sementara Iel yang tadi tertidur kini menatap Cakka.
“Ka, kayaknya tadi gue denger suara Rio deh!” Ucap Iel heran karena begitu ia terbangun pemilik suara itu tidak ada di dalam kelasnya. Cakka menoleh ke arah Iel.
“Bukan kayaknya lagi tapi emang beneran.” Ujar Cakka, ia malah sibuk merapikan rambut harajukunya. Dia bilang sih rambut itu adalah mahkota.
“Lah, orangnya mana? Kok nggak ada?”Tanya Iel celingak-celinguk
“Udah pergi kale. Kenapa Loe nyari da?Naksir? Oh My God, Loe ternyata MAHO ya?” Ucap Cakka lebay dan ia berhasil mendapatkan satu jitakan dari Iel.
“Somplak Loe,,, bukan gitu kale Ka, gue heran aja kenapa tuh orang ada di sini. Bukannya dia nggak mau lagi datang ke kelas ini semenjak kejadian lalu itu apalagi ada…”
“Dia kemari Cuma ngantar tuh orang.” Potong Raka sembari menunjuk gadis di depan mejanya dengan dagu. Iel mengalihkan pandangannya ke depan dan mendapati seorang perempuan tengah duduk membelakanginya. Gadis itu begitu asing dimatanya.
“Siapa Ka? Nggak pernah lihat?” Tanya Iel
“Anak baru, loe sih tidur mulu di perpus. Nggak tau kan Loe ada anak baru cantik, Shilla aja kalah.” Jawab Cakka. Iel menatap Cakka tak percaya, Shilla si Most Wanted Girl itu saja kalah. Seberapa cantiknya sih nih cewek?Terus ada hubungan apa dia dengan Rio hingga Rio mau mengantarkannya ke kelas ini? Apa karena dia lebih cantik dari Shilla makanya sekarang Rio beralih mendekati gadis ini.
“Yel, PR Loe udah siap belom? Gue lihat donk!” Pinta Sivia yang baru saja ingat ada PR Kimia yang belum ia kerjakan, tapi tenang saja selama masih ada Iel dijamin PR-nya akan selesai. Iel mendelik kesal, kebiasaan sekali sahabat kecilnya ini tak pernah mengerjakan PR di rumah. Iel saja walaupun tukang tidur PR-nya selalu siap.
Iel merogoh tasnya dan mengambil buku bersampul biru kemudian menyerahkannya pada Sivia.
“Loe kapan berubah sih, dari SD nyontek melulu.” Omel Iel, Sivia yang dibilangi begitu hanya cengengesan.
“Loe juga kapan berubahnya, dari SD kebo mulu.” Balas Sivia tak mau kalah.
“Eh, Vi… Kenalin kita sama Ify donk.” Rengek Cakka ikut-ikutan nimbrung
“Fy, ada yang pengen kenalan ama elo nih.” Ujar Sivia tapi ia focus pada buku yang ia tulis untuk menyalin jawaban Iel. Ify membalikkan badannya ke belakang dan tersenyum ramah. Iel yang baru saja melihat wajah Ify langsung terbengong, kali ini ia mengakui ucapan Cakka ada benarnya.
“Bidadari…” Gumam Iel secara tak sadar.
“Bukan Bidadari… Tapi Ify.” Ucap Ify dengan polosnya, ia dapat mendengar ucapan Iel yang memandang ke arahnya. Cakka sudah menahan tawa melihat wajah gelagapan Iel yang kepergok oleh Ify. Ify hanya tersenyum kecil.
“Ah,,,eh… Gue Gabriel panggil aja iel.” Ucap Iel gugup.
“Kalau gue Cakka, orang terganteng dan terkeren di Binus ini tapi nomor dua soalnya nomor satu ditempati Rio sih…” Ujar Cakka narsis, Ify terkekeh pelan ketika mendengar nama Rio.
“Cakka lucu banget. Ify suka…” Ucap Ify, Cakka yang dipuji begitu langsung terbang kalau bisa ia sudah pingsan tapi berhubung badannya yang tergolong berat ia jadi tak tega pada teman-temannya jika ia pingsan temannya akan mengangkatnya.
“Yang bener Fy loe suka sama gue?” Tanya Cakka, Ify mengangguk.
“IFY SUKA SAMA GUE,,, IFY SUKA SAMA GUE…” Teriak Cakka heboh sehingga mengundang perhatian seluruh penghuni kelas, Sivia yang sibuk menulis memandang Ify yang tengah tertawa, Iel langsung membekap mulut Cakka agar makhluk narsis itu bisa diam.
“Loe nggak gila kan Fy suka sama nih makhluk aneh?” Tanya Sivia penuh selidik
“Ify nggak gila, beneran Ify suka sama Cakka, habisnya lucu Vi…” Jawab Ify, ia belum mengerti arti suka pada pertanyaan Sivia.
“Jangan deh Fy, nih anak satu playboy. Loe jangan mau…” Bujuk Sivia, Cakka yang mendengar Sivia memburuk-burukkannya di depan Ify hanya bisa mendelik kesal habisnya mau berontak ucapan Sivia ia masih dibekap sama Iel.
“Maksud Ify tuh suka dijadiin temen loh Vi bukan dijadiin pacar.” Terang Ify. Sivia tersenyum lebar, ia mengurut dada tanda lega, ia kira Ify beneran suka sama Cakka.
“Bhahahahaha….” Iel yang mendengar itu langsung tertawa dan melepaskan bekapan tangannya pada Cakka. Sementara Cakka malah manyun, ia sudah ke-GR-an duluan. Ia kira Ify suka padanya.
“Makanya jadi orang tuh jangan GR…” Ledek Iel di tengah tawanya.
“Yah Ify, gue kira loe suka beneran sama gue.” Ujar Cakka. Ify tersenyum.
“Kalau Ify suka sama Cakka ntar Ify dimarahi Rio donk.” Ucap Ify
JLEBBB!!!
Rasanya hati Iel seperti ditusuk-tusuk seribu jarum, ia baru mengenal Ify tapi kenapa rasa ini harus ada. Apa karena ada nama Rio makanya hatinya terasa perih seperti ini? Tapi tak mungkin, kejadian masa lalu itu sudah ia lupakan walaupun ia yakin orang di masa lalunya itu tak akan bisa melupakan kejadian menyakitkan itu. Ia memperhatikan wajah cantik Ify, senyuman yang selalu membingkai wajahnya Nampak begitu tulus. Tunggu senyuman itu sepertinya ia mengenalinya, mata coklat teduh itu juga ia sangat kenal, tapi siapa? Ia sedikit lupa? Ahh,, tidak mungkin. Ia baru saja mengenal Ify tapi kenapa ia tidak begitu asing dengan senyum dan mata itu. Ayo Iel coba ingat dimana kau pernah melihat mata dan senyum itu….
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar