Selasa, 16 April 2013

Twins In Love Part 2


Sudah setengah jam ia berdiri di depan cermin, masih tak menyangka bahwa ia bisa memakai seragam sekolah khas SMA Binus Bangsa. Senyuman manis selalu terpatri di wajah cantiknya, bola mata yang indah itu seakan-akan bersinar menunjukkan bahwa ia bahagia. Ia merapikan sedikit rambutnya yang ia biarkan tergerai indah, bedak tipis ia poleskan ke wajah manisnya. Simple but beauty!
CLEEKKK!!!
Bunyi pintu dibuka menghentikan aktivitasnya, ia menoleh pada seseorang yang baru saja memasuki kamarnya. Ia tersenyum begitu mengetahui siapa yang datang.
“Sudah siap?” Tanya Rio, ia mengangguk cepat terlalu bersemangat sehingga membuat poninya kembali berantakan. Rio terkekeh pelan melihat pola tingkah Ify. Di rapikannya poni Ify sehingga membuat jarak mereka cukup dekat. Lagi-lagi Ify harus merasakan sensasi yang berbeda, mungkin faktor bawaan kamarnya yang panas, pipi Ify merona merah. Rio menjadi gemas sendiri melihat perubahan rona wajah Ify.
“Ayo ke bawah! Kita sarapan.” Ajak Rio, ia menggenggam tangan Ify mengisi sela-sela yang kosong pada jari mungil gadis itu. Ify hanya bisa diam melihat perlakuan yang ehm,,, romantis dari saudara kembarnya itu. Dia beruntung punya kembaran seperti Rio yang selalu mengerti dia, selalu bersikap lembut kepadanya. Sungguh siapa pun jadi pacar Rio akan beruntung. Tapi,,, Ify berharap semoga tidak ada yang menjadi pacar Rio, ia tak ingin kasih sayang Rio terbagi kepada yang lain.
“Mama kemana?” Tanya Ify begitu sampai di meja makan.
“Sudah berangkat dari tadi pagi.” Jawab Rio sambil mengoleskan selai strawberry ke rotinya kemudian memberi roti itu pada Ify. Ify menerima dan memakan roti itu, ia tak lagi bertanya. Mereka memakan roti itu dalam diam, hanya ada bunyi dentingan pisau dan garpu yang terdengar.
***
Para kaum hawa SMA Binus berjejer di tepi-tepi koridor seakan-akan menyambut pangeran datang, padahal kenyataannya memang begitu. Mereka tengah menunggu pangeran Binus atau Most Wanted Boy-nya Binus. Itulah yang menjadi kebiasaan mereka setiap hari. Sementara dua gadis dan seorang pria berdecak heran melihat tingkah siswi Binus yang terlalu berlebihan. Sebenarnya mereka bertiga pun sama menunggunya pangeran Binus datang ke sekolah. Cuma lagi niat mereka beda dengan para siswi Binus yang hanya ingin memamerkan kecantikan mereka di depan Prince Binus. Tak biasanya Prince Binus itu datang telat, salah satu dari mereka yang merupakan seorang pria melirik jam tangan silvernya.
“Lima menit lagi masuk, kenapa dia telat? Atau dia nggak masuk?” Tebak pria itu
“Kalau dia nggak masuk pasti kasih kabar.” Sambut cewek memakai bandana biru itu.
“Tuh,,, orangnya sudah masuk.” Tunjuk cewek satunya lagi yang sedang mengunyah permen karet. Mereka bertiga, bukan bertiga lagi sih tapi semua siswi dan siswa Binus itu menatap sebuah mobil Yaris hitam yang baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran mobil siswa. Para siswi Binus sibuk mengatur dandanan mereka, ada yang memoleskan lipstick, blush on, bedak, bermacam-macam alat make up-lah untuk menarik perhatian Prince Binus. Padahal alat-alat semacam itu sudah dilarang untuk di bawa ke sekolah, dasar siswinya saja yang bandal. Prince Binus mereka keluar dari dalam mobil, ahh… Rasanya ingin terbang saja jika menatap wajah manis prince Binus mereka. Ehh,,, tapi tunggu! Sepertinya masih ada satu orang lagi yang berada di dalam mobil Prince Binus mereka. Siapa dia? Terlihat seperti seorang wanita? Oh,,, tidak… Siapa wanita itu? Kenapa bersama Prince Binus mereka? Tidak biasanya atau tidak pernah mereka melihat Prince Binus mereka datang bersama seorang perempuan. Apalagi Prince Binus mereka membukakan pintu mobil untuk perempuan itu layaknya seorang putri.
Para kaum adam yang ada di sana menatap takjub wanita yang baru keluar dari mobil Prince Binus.
Cantikkk… Begitulah pikir mereka.
Sementara kaun hawa menatap sinis wanita yang menurut mereka ehm,,, cantik itu. Terpaksa mereka harus akui, wanita itu jauh lebih cantik dari Shilla salah satu most wanted girl di Binus. Bakal ada pengalihan rekor nih.
“Hey bro! Kok telat? Siapa?” Tanya pria yang menggunakan jam tangan silver tadi setelah Prince Binus itu berada di hadapan mereka.
“Enak ya nyari sensasi. Pagi-pagi udah buat sekolah gempar.” Sahut cewek yang mengunyah permen karet tadi-gayanya sedikit tomboy. Sementara cewek berbandana biru menatap lirih pemuda yang menjadi incaran cewek satu sekolah ini. Ada rasa nyeri dihatinya ketika pemuda itu datang bersama wanita yang tak dikenalnya.
“Nanti gue jelaskan. Gue mau ngantar dia dulu ke ruang headmaster.” Ucap pemuda yang menjadi Prince Binus itu. Setelah mengatakan itu dia langsung pergi membawa wanita yang datang bersamanya tadi.
“Pacar Rio ya? Sumpah… Cantik!” Ucap pria berjam tangan silver itu.
“Ya elah Elo Vin,,, semua cewek Loe bilang cantik.” Sindir si cewek yang mengunyah permen karet tadi. Pria berjam tangan silver bernama Alvin itu hanya cengengesan.
“Nggak juga kali, masih ada cewek yang nggak pernah gue bilang cantik.” Ucap Alvin
“Siapa?”
“Ya… Elo… cewek jadi-jadian.” Jawab Alvin santai dan langsung mendapat tatapan membunuh dari cewek yang mengunyah permen karet tadi.
“LVIN… ELO BELOM RASAIN GIMANA RASANYA SEPATU GUE YA!!!” Teriak cewek itu.
“Ampun Ni,,, Ampun.” Ucap Vino sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Daripada mendapat hadiah dari Agni-cewek yang mengunyah permen karet tadi- mendingan minta maaf deh, kalau nggak bisa ke neraka urusannya. Agni mendengus sebal, matanya beralih pada gadis berbandana biru yang sedari tadi diam terus-menerus. Agni mengernyit heran, ada apa dengan gadis di sebelahnya ini? Pandangannya tampak kosong.
“Shil…” Panggil Riri. Tak ada sahutan dari gadis itu.
“Shil…” Panggilan kedua dari Alvin yang juga heran melihat tingkah sahabat mereka itu.
“Shilla…” Teriak keduanya yang langsung mendapat tatapan kesal dari Shilla-gadis berbandana biru tadi.
“Apaan sih? Nggak usah teriak-teriak lah! Kalau gendang telinga gue pecah gimana.” Ucapnya kesal sambil mengelus-elus telinganya, Agni memutar kedua bola matanya.
“Loe kenapa sih?” Tanya Agni
“Gue?Kenapa?” Tanya Shilla balik.
“Iya. Loe kenapa melamun gitu? Kesambet Loe.” Ucap Alvin asal yang mendapat toyoran dari Shilla.
“Enak aja Loe kalo ngomong. Gue nggak kenapa-napa kok.” Ucapnya bohong. Kedua orang itu hanya membulatkan mulut mereka tanda percaya ucapan shilla. Ntah apa yang dipikirkan gadis itu ketika Alvin berucap bahwa gadis yang bersama Rio tadi adalah pacar Rio? Sungguh ia tak rela jika hal itu benar. Selama ini hanya ia dan Agni teman wanita yang dekat dengan Rio. Selama ini pula ia menyimpan rapi perasaan untuk Rio sampai setahun ini? Ya, ia menyukai Rio semenjak kelas satu ketika mereka berada dalam ekskul yang sama. Fotographi! Haruskah perasaan itu sia-sia terbuang dengan kedatangan wanita yang bersama Rio itu. Tidak… Itu takkan terjadi!
***
Ia tersenyum senang tatkala berada di depan teman-temannya, senyum manis membingkai wajahnya. Tak menyangka keinginannya bisa terwujud seperti ini.
“Namaku Alyssa Saufika Haling, kalian boleh memanggilku Ify…” Ucapnya sambil membungkuk memberi hormat, walaupun tergolong keluarga kaya tetapi ia diajarkan cara bersopan santun terhadap orang.
“Ada yang ingin dipertanyakan?” Tanya Bu Winda selaku guru matematika serta wali kelas mereka. Salah satu siswi langsung menunjuk tangannya.
“Silahkan Dea.”
“Haling? Bukankah itu sebuah lambang keluarga terkaya di Indonesia ini.” Ya,,, siapa yang tak kenal Haling, keluarga yang memiliki berbagai jenis perusahaan di Indonesia juga di Asia. Salah satu donator terbesar SMA Binus yang pewarisnya berada di sekolah ini yang menjadi Prince Binus. Ify hanya mengangguk menjawab pertanyaan Dea-teman sekelasnya itu.
“Berarti Loe anaknya Arman Haling donk dan adiknya Mario Stevano Aditya Haling?” Tanya Zeze teman sebangku Dea. Lagi-lagi Ify mengangguk.
“Lebih tepatnya Ify ini adik kembarnya Rio.” Terang Bu Ratih. Mereka menganga tak percaya, siapa sangka Prince Binus mereka punya kembaran, cewek lagi! Mana cantik pula. Para kaum adam di kelas itu sujud syukur, karena wanita yang bersama Rio tadi pagi ternyata adik kembar Prince Binus itu.
“Alhamdulillah… Gue nggak jadi patah hati…” Teriak siswa bernama Cakka yang langsung mendapat sorakan dari penghuni kelas XI-IPA1.
“Sudah…sudah…!!! Sekarang Ify duduk di sebelah Sivia ya.” Siswi yang bernama Sivia mengangkat tangannya agar Ify dapat mencarinya dengan mudah. Ify tersenyum dan berjalan menuju bangku di sebelah gadis berparas oriental yang memiliki pipi Chubby itu.
“Hay Nona…” Sapa Sivia ramah. Ify mengernyitkan dahinya.
“Kenapa Nona. Namaku kan Ify!” Ucapnya polos. Sivia terkekeh melihat kepolosan Nona Haling ini.
“Karena Loe kan Nona besar dari keluarga Haling.” Jawab Sviai. Ify mendesah.
“Panggil Ify saja. Jangan Nona, Ify lebih suka dipanggil dengan nama Ify.” Ya, sepertinya Sivia dapat menyimpulkan bahwa Nona Haling ini termasuk gadis yang baik dan sopan, tidak sombong, ramah, tidak membeda-bedakan. Terbukti dari cara bicaranya yang menggunakan nama tidak seperti teman-temannya dan juga dirinya yang berkomunikasi dengan bahasa ‘Elo-Gue’.
“Oh,,,ya… Kenalin Gue Sivia.” Ucap Sivia sembari mengulurkan tangannya. Ify menerima uluran tangan itu dengan tersenyum ramah.
“Sivia Azizah.” Seru Ify, Sivia mengernyit heran. Kenapa Ify bisa tahu nama lengkapnya?
“Kok tahu?” Tanya Sivia bingung.
“Penyanyi cilik serta putri tunggal dari Aziz.” Tambah Ify lagi. Aziz adalah perusahaan terbesar ketiga di Indonesia setelah Haling dan Damanik.
“Ify nge-fans sama Via loh! Dari kecil Ify pengen ketemu Via. Dan akhirnya tercapai, malah kita semeja lagi.” Imbuh Ify menggebu-gebu. Kali ini wajah Sivia melongo tak percaya, memang benar ia adalah penyanyi cilik serta putri dari Aziz, tapi ia tak menyangka bahwa Ify, Nona besar Haling ini nge-fans sama dia. Ini sungguh keajaiban!
Ify terkekeh melihat tampang cengo Sivia. Ia mencubit pipi Chubby Sivia sehingga membuat gadis itu mengaduh.
“Awww…. Sakit tau Fy.” Untung saja saat itu guru tidak ada, kalau ada bisa-bisa Via dihukum karena berteriak di dalam kelas.
“Habisnya wajah via lucu sih, Ify jadi gemas pengen nyubit.” Ucap Ify.
“Yah!!! Tapi kan nggak harus nyubit…Oh ya Fy, Loe beneran kembaran Rio?” Tanya Via, Ify mengangguk.
“Kok nggak mirip?” Tanya Via, Ify tersenyum dan mengangkat bahunya acuh. Banyak sih yang bilang mereka nggak mirip, contohnya saja kerabat dekat mereka. Tapi Ify tak memikirkan hal itu, ia sudah Tanya ke ibunya kenapa ia tak mirip dengan Rio? Dan ibunya menjawab karena Rio mirip Papanya sementara ia mirip Mamanya. Memang benar sih! Tapi Masa Bodoh lah!
“Hay Alyssa!!!” Sapa Dea, Zeze, dan Angel tepat di samping Ify. Ify hanya tersenyum sementara Via memutar bola matanya kesal. Pasti mau carper ke ify… Pikirnya. Ia harus berbuat sesuatu sebelum GANK DAZ (Dea, Angel, dan Zeze) itu memanfaatkan Ify untuk dekat dengan Rio.
“Fy, kantin yuk!” Ajak Sivia.
“Ayo!” Ucapnya menerima ajakan Sivia.
“Maaf Dea, Zeze dan Angel, Ify-nya mau ke kantin dulu.” Ucap Sivia sok manis. DAZ menatap kesal Sivia yang ingin menggagalkan rencana mereka. Sivia menarik lengan Ify, sebelum keluar dari kelas, ia menoleh ke belakang dan menjulurkan lidahnya mengejek DAZ yang habis mencibirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar