Sudah setengah jam ia
berdiri di depan cermin, masih tak menyangka bahwa ia bisa memakai seragam
sekolah khas SMA Binus Bangsa. Senyuman manis selalu terpatri di wajah
cantiknya, bola mata yang indah itu seakan-akan bersinar menunjukkan bahwa ia
bahagia. Ia merapikan sedikit rambutnya yang ia biarkan tergerai indah, bedak
tipis ia poleskan ke wajah manisnya. Simple but beauty!
CLEEKKK!!!
Bunyi pintu dibuka
menghentikan aktivitasnya, ia menoleh pada seseorang yang baru saja memasuki kamarnya.
Ia tersenyum begitu mengetahui siapa yang datang.
“Sudah siap?” Tanya Rio,
ia mengangguk cepat terlalu bersemangat sehingga membuat poninya kembali
berantakan. Rio terkekeh pelan melihat pola tingkah Ify. Di rapikannya poni Ify
sehingga membuat jarak mereka cukup dekat. Lagi-lagi Ify harus merasakan
sensasi yang berbeda, mungkin faktor bawaan kamarnya yang panas, pipi Ify merona
merah. Rio menjadi gemas sendiri melihat perubahan rona wajah Ify.
“Ayo ke bawah! Kita
sarapan.” Ajak Rio, ia menggenggam tangan Ify mengisi sela-sela yang kosong
pada jari mungil gadis itu. Ify hanya bisa diam melihat perlakuan yang ehm,,,
romantis dari saudara kembarnya itu. Dia beruntung punya kembaran seperti Rio
yang selalu mengerti dia, selalu bersikap lembut kepadanya. Sungguh siapa pun
jadi pacar Rio akan beruntung. Tapi,,, Ify berharap semoga tidak ada yang
menjadi pacar Rio, ia tak ingin kasih sayang Rio terbagi kepada yang lain.
“Mama kemana?” Tanya
Ify begitu sampai di meja makan.
“Sudah berangkat dari
tadi pagi.” Jawab Rio sambil mengoleskan selai strawberry ke rotinya kemudian
memberi roti itu pada Ify. Ify menerima dan memakan roti itu, ia tak lagi
bertanya. Mereka memakan roti itu dalam diam, hanya ada bunyi dentingan pisau
dan garpu yang terdengar.
***
Para kaum hawa SMA
Binus berjejer di tepi-tepi koridor seakan-akan menyambut pangeran datang,
padahal kenyataannya memang begitu. Mereka tengah menunggu pangeran Binus atau
Most Wanted Boy-nya Binus. Itulah yang menjadi kebiasaan mereka setiap hari.
Sementara dua gadis dan seorang pria berdecak heran melihat tingkah siswi Binus
yang terlalu berlebihan. Sebenarnya mereka bertiga pun sama menunggunya
pangeran Binus datang ke sekolah. Cuma lagi niat mereka beda dengan para siswi
Binus yang hanya ingin memamerkan kecantikan mereka di depan Prince Binus. Tak
biasanya Prince Binus itu datang telat, salah satu dari mereka yang merupakan
seorang pria melirik jam tangan silvernya.
“Lima menit lagi masuk,
kenapa dia telat? Atau dia nggak masuk?” Tebak pria itu
“Kalau dia nggak masuk
pasti kasih kabar.” Sambut cewek memakai bandana biru itu.
“Tuh,,, orangnya sudah
masuk.” Tunjuk cewek satunya lagi yang sedang mengunyah permen karet. Mereka
bertiga, bukan bertiga lagi sih tapi semua siswi dan siswa Binus itu menatap
sebuah mobil Yaris hitam yang baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran mobil
siswa. Para siswi Binus sibuk mengatur dandanan mereka, ada yang memoleskan
lipstick, blush on, bedak, bermacam-macam alat make up-lah untuk menarik
perhatian Prince Binus. Padahal alat-alat semacam itu sudah dilarang untuk di
bawa ke sekolah, dasar siswinya saja yang bandal. Prince Binus mereka keluar
dari dalam mobil, ahh… Rasanya ingin terbang saja jika menatap wajah manis
prince Binus mereka. Ehh,,, tapi tunggu! Sepertinya masih ada satu orang lagi
yang berada di dalam mobil Prince Binus mereka. Siapa dia? Terlihat seperti
seorang wanita? Oh,,, tidak… Siapa wanita itu? Kenapa bersama Prince Binus
mereka? Tidak biasanya atau tidak pernah mereka melihat Prince Binus mereka
datang bersama seorang perempuan. Apalagi Prince Binus mereka membukakan pintu
mobil untuk perempuan itu layaknya seorang putri.
Para kaum adam yang ada
di sana menatap takjub wanita yang baru keluar dari mobil Prince Binus.
Cantikkk… Begitulah
pikir mereka.
Sementara kaun hawa
menatap sinis wanita yang menurut mereka ehm,,, cantik itu. Terpaksa mereka
harus akui, wanita itu jauh lebih cantik dari Shilla salah satu most wanted
girl di Binus. Bakal ada pengalihan rekor nih.
“Hey bro! Kok telat?
Siapa?” Tanya pria yang menggunakan jam tangan silver tadi setelah Prince Binus
itu berada di hadapan mereka.
“Enak ya nyari sensasi.
Pagi-pagi udah buat sekolah gempar.” Sahut cewek yang mengunyah permen karet
tadi-gayanya sedikit tomboy. Sementara cewek berbandana biru menatap lirih pemuda
yang menjadi incaran cewek satu sekolah ini. Ada rasa nyeri dihatinya ketika
pemuda itu datang bersama wanita yang tak dikenalnya.
“Nanti gue jelaskan.
Gue mau ngantar dia dulu ke ruang headmaster.” Ucap pemuda yang menjadi Prince
Binus itu. Setelah mengatakan itu dia langsung pergi membawa wanita yang datang
bersamanya tadi.
“Pacar Rio ya? Sumpah…
Cantik!” Ucap pria berjam tangan silver itu.
“Ya elah Elo Vin,,,
semua cewek Loe bilang cantik.” Sindir si cewek yang mengunyah permen karet
tadi. Pria berjam tangan silver bernama Alvin itu hanya cengengesan.
“Nggak juga kali, masih
ada cewek yang nggak pernah gue bilang cantik.” Ucap Alvin
“Siapa?”
“Ya… Elo… cewek jadi-jadian.”
Jawab Alvin santai dan langsung mendapat tatapan membunuh dari cewek yang mengunyah
permen karet tadi.
“LVIN… ELO BELOM RASAIN
GIMANA RASANYA SEPATU GUE YA!!!” Teriak cewek itu.
“Ampun Ni,,, Ampun.”
Ucap Vino sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Daripada
mendapat hadiah dari Agni-cewek yang mengunyah permen karet tadi- mendingan
minta maaf deh, kalau nggak bisa ke neraka urusannya. Agni mendengus sebal,
matanya beralih pada gadis berbandana biru yang sedari tadi diam terus-menerus.
Agni mengernyit heran, ada apa dengan gadis di sebelahnya ini? Pandangannya
tampak kosong.
“Shil…” Panggil Riri.
Tak ada sahutan dari gadis itu.
“Shil…” Panggilan kedua
dari Alvin yang juga heran melihat tingkah sahabat mereka itu.
“Shilla…” Teriak
keduanya yang langsung mendapat tatapan kesal dari Shilla-gadis berbandana biru
tadi.
“Apaan sih? Nggak usah
teriak-teriak lah! Kalau gendang telinga gue pecah gimana.” Ucapnya kesal sambil
mengelus-elus telinganya, Agni memutar kedua bola matanya.
“Loe kenapa sih?” Tanya
Agni
“Gue?Kenapa?” Tanya
Shilla balik.
“Iya. Loe kenapa melamun
gitu? Kesambet Loe.” Ucap Alvin asal yang mendapat toyoran dari Shilla.
“Enak aja Loe kalo
ngomong. Gue nggak kenapa-napa kok.” Ucapnya bohong. Kedua orang itu hanya
membulatkan mulut mereka tanda percaya ucapan shilla. Ntah apa yang dipikirkan
gadis itu ketika Alvin berucap bahwa gadis yang bersama Rio tadi adalah pacar Rio?
Sungguh ia tak rela jika hal itu benar. Selama ini hanya ia dan Agni teman
wanita yang dekat dengan Rio. Selama ini pula ia menyimpan rapi perasaan untuk
Rio sampai setahun ini? Ya, ia menyukai Rio semenjak kelas satu ketika mereka
berada dalam ekskul yang sama. Fotographi! Haruskah perasaan itu sia-sia
terbuang dengan kedatangan wanita yang bersama Rio itu. Tidak… Itu takkan
terjadi!
***
Ia tersenyum senang
tatkala berada di depan teman-temannya, senyum manis membingkai wajahnya. Tak
menyangka keinginannya bisa terwujud seperti ini.
“Namaku Alyssa Saufika
Haling, kalian boleh memanggilku Ify…” Ucapnya sambil membungkuk memberi
hormat, walaupun tergolong keluarga kaya tetapi ia diajarkan cara bersopan
santun terhadap orang.
“Ada yang ingin
dipertanyakan?” Tanya Bu Winda selaku guru matematika serta wali kelas mereka.
Salah satu siswi langsung menunjuk tangannya.
“Silahkan Dea.”
“Haling? Bukankah itu
sebuah lambang keluarga terkaya di Indonesia ini.” Ya,,, siapa yang tak kenal
Haling, keluarga yang memiliki berbagai jenis perusahaan di Indonesia juga di
Asia. Salah satu donator terbesar SMA Binus yang pewarisnya berada di sekolah
ini yang menjadi Prince Binus. Ify hanya mengangguk menjawab pertanyaan Dea-teman
sekelasnya itu.
“Berarti Loe anaknya
Arman Haling donk dan adiknya Mario Stevano Aditya Haling?” Tanya Zeze teman
sebangku Dea. Lagi-lagi Ify mengangguk.
“Lebih tepatnya Ify ini
adik kembarnya Rio.” Terang Bu Ratih. Mereka menganga tak percaya, siapa sangka
Prince Binus mereka punya kembaran, cewek lagi! Mana cantik pula. Para kaum
adam di kelas itu sujud syukur, karena wanita yang bersama Rio tadi pagi
ternyata adik kembar Prince Binus itu.
“Alhamdulillah… Gue
nggak jadi patah hati…” Teriak siswa bernama Cakka yang langsung mendapat
sorakan dari penghuni kelas XI-IPA1.
“Sudah…sudah…!!!
Sekarang Ify duduk di sebelah Sivia ya.” Siswi yang bernama Sivia mengangkat
tangannya agar Ify dapat mencarinya dengan mudah. Ify tersenyum dan berjalan
menuju bangku di sebelah gadis berparas oriental yang memiliki pipi Chubby itu.
“Hay Nona…” Sapa Sivia
ramah. Ify mengernyitkan dahinya.
“Kenapa Nona. Namaku
kan Ify!” Ucapnya polos. Sivia terkekeh melihat kepolosan Nona Haling ini.
“Karena Loe kan Nona
besar dari keluarga Haling.” Jawab Sviai. Ify mendesah.
“Panggil Ify saja.
Jangan Nona, Ify lebih suka dipanggil dengan nama Ify.” Ya, sepertinya Sivia
dapat menyimpulkan bahwa Nona Haling ini termasuk gadis yang baik dan sopan,
tidak sombong, ramah, tidak membeda-bedakan. Terbukti dari cara bicaranya yang
menggunakan nama tidak seperti teman-temannya dan juga dirinya yang
berkomunikasi dengan bahasa ‘Elo-Gue’.
“Oh,,,ya… Kenalin Gue
Sivia.” Ucap Sivia sembari mengulurkan tangannya. Ify menerima uluran tangan
itu dengan tersenyum ramah.
“Sivia Azizah.” Seru
Ify, Sivia mengernyit heran. Kenapa Ify bisa tahu nama lengkapnya?
“Kok tahu?” Tanya Sivia
bingung.
“Penyanyi cilik serta
putri tunggal dari Aziz.” Tambah Ify lagi. Aziz adalah perusahaan terbesar
ketiga di Indonesia setelah Haling dan Damanik.
“Ify nge-fans sama Via
loh! Dari kecil Ify pengen ketemu Via. Dan akhirnya tercapai, malah kita semeja
lagi.” Imbuh Ify menggebu-gebu. Kali ini wajah Sivia melongo tak percaya,
memang benar ia adalah penyanyi cilik serta putri dari Aziz, tapi ia tak
menyangka bahwa Ify, Nona besar Haling ini nge-fans sama dia. Ini sungguh
keajaiban!
Ify terkekeh melihat
tampang cengo Sivia. Ia mencubit pipi Chubby Sivia sehingga membuat gadis itu
mengaduh.
“Awww…. Sakit tau Fy.”
Untung saja saat itu guru tidak ada, kalau ada bisa-bisa Via dihukum karena
berteriak di dalam kelas.
“Habisnya wajah via
lucu sih, Ify jadi gemas pengen nyubit.” Ucap Ify.
“Yah!!! Tapi kan nggak
harus nyubit…Oh ya Fy, Loe beneran kembaran Rio?” Tanya Via, Ify mengangguk.
“Kok nggak mirip?”
Tanya Via, Ify tersenyum dan mengangkat bahunya acuh. Banyak sih yang bilang
mereka nggak mirip, contohnya saja kerabat dekat mereka. Tapi Ify tak
memikirkan hal itu, ia sudah Tanya ke ibunya kenapa ia tak mirip dengan Rio?
Dan ibunya menjawab karena Rio mirip Papanya sementara ia mirip Mamanya. Memang
benar sih! Tapi Masa Bodoh lah!
“Hay Alyssa!!!” Sapa
Dea, Zeze, dan Angel tepat di samping Ify. Ify hanya tersenyum sementara Via
memutar bola matanya kesal. Pasti mau carper ke ify… Pikirnya. Ia harus berbuat
sesuatu sebelum GANK DAZ (Dea, Angel, dan Zeze) itu memanfaatkan Ify untuk
dekat dengan Rio.
“Fy, kantin yuk!” Ajak
Sivia.
“Ayo!” Ucapnya menerima
ajakan Sivia.
“Maaf Dea, Zeze dan
Angel, Ify-nya mau ke kantin dulu.” Ucap Sivia sok manis. DAZ menatap kesal
Sivia yang ingin menggagalkan rencana mereka. Sivia menarik lengan Ify, sebelum
keluar dari kelas, ia menoleh ke belakang dan menjulurkan lidahnya mengejek DAZ
yang habis mencibirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar