Jumat, 20 September 2013

Game Of Destiny Part 2



Game Of Destiny Part 2
 
Tiiiinn….Tinnn….Tiiinnn…..!!!
Ify menekan klakson mobilnya dengan kuat dan tak sabaran ketika melihat sebuah mobil Ferrari Putih berhenti di depan gerbang rumahnya. Dengan cepat Ify turun dan menghampiri pengemudi mobil tersebut. Ify mengetuk kaca mobil Ferrari putih dengan kencang hingga membuat dua penumpang di dalam mobil tersebut turun keluar. Si pengemudi menatap Ify tajam, Ify tidak takut, ia balas mata elang itu dengan tatapan tajam pula.
“Bisa sabaran dikit nggak.” Ucap si pengemudi Ferrari putih dengan sinis
“Nggak bisa!” Jawab Ify tak kalah sinis.
Ify mengalihkan perhatiannya pada satu penumpang lagi yang sedari tadi tertunduk karena takut, Ify berdecak kesal, wajah sok alimnya mulai muncul. “Suruh cowok loe minggir, gue mau masuk.” Perintah Ify kemudian masuk kembali dalam mobilnya. Pemilik mobil Ferrari putih juga melakukan hal yang sama, ia masuk ke dalam mobilnya tapi sebelum itu ia berpamitan pada gadisnya.
“Kakak pulang ya Ke, jangan lupa ntar SMS.” Keke mengangguk dan membiarkan pria itu mencium keningnya sebelum pria itu pergi menjauhi rumahnya. Ify yang melihat kejadian itu tersenyum sinis, “Ibu dan anak sama saja.” Gumamnya kemudian melajukan mobilnya memasuki rumah besar milik keluarga Umari. Ify memasukkan mobilnya dalam garasi, sebelum keluar dari sana ia mengecek terlebih dahulu keadaan mobilnya yang bertabrakan dengan mobil Shilla tadi pagi. Tidak cukup parah. Setelah selesai memeriksa, Ify berjalan menuju pintu utama. Ia membuka pintu dan mendapati Bagas sedang duduk menonton TV di ruang tamu. Ia manghampiri Bagas dan menghempaskan dirinya di samping Bagas, hal itu membuat Bagas kaget.
“Elo nggak bisa ngucapin salam dulu sebelum masuk.” Ucap Bagas kesal, Ify mengernyitkan dahinya. Ia melepaskan sepatu dan kaus kakinya kemudian menyelonjorkan kakinya di atas meja. “Nggak bisa! Kenapa? Masalah sama Loe?” Tanya Ify sarkatis.
Bagas berdecak kesal, begini nih kalau ngomong sama Ify harus ekstra hati-hati dan selalu sabar. “Loe selalu buat gue jantungan dengan elo yang tiba-tiba muncul di samping gue, kalau elo ngucapin salam gue nggak perlu kaget kalau elo udah datang.”
“Gue haus, ambilin minum gih.” Ucap Ify otoriter tanpa mengindahkan keluhan Bagas tadi. Bagas bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih dingin. Tak berapa lama Bagas kembali ke ruang tamu dengan membawa minum untuk Ify.
“Nih!” Bagas menyodorkan gelas itu ke arah Ify, Ify menerima dan langsung meneguk air itu hingga habis. Cuaca hari ini sangat panas hingga membuat dirinya sedari tadi di perjalanan merasa kehausan.
“Mama kesayangan elo kemana?” Tanya Ify, Bagas memperhatikan Ify. Ternyata kakaknya ini masih belum terima atas kehadiran Mama Nadia di rumah ini, buktinya Ify mengucapkan dengan kalimat ‘Mama kesayangan elo’ bukan ‘Mama kita’ atau ‘Mama’ aja deh.
“Dia juga mama elo kak.” Bantah Bagas, ia mengambil remote TV untuk mencari channel yang asyik untuk ditonton. Ia tak tau kalau Ify tersenyum sinis setelah mendengar bantahannya.
“Mama gue Cuma satu dan itu hanya berlaku untuk orang yang melahirkan gue.”
“Gue tau… Tapi kan dia bisa jadi pengganti Mama.” Ucap Bagas, Ify menatap tajam Bagas.
“Nggak ada yang bisa gantiin posisi Mama dirumah ini termasuk wanita itu.” Ucap Ify tegas kemudian berlalu dari sana. Bagas menatap lirih kepergian Ify, kakaknya belum sepenuhnya melepas kepergian sang Mama.
“Bagas bingung Ma gimana mengembalikan sifat kak Ify seperti dulu…” Gumam Bagas dengan lirihnya.
***Game Of Destiny***
“Kakak dan adik sama saja, sama-sama ngeselin. Lihat aja ntar elo berdua gue balas.” Omel Shilla di dalam kamar. Chelsea yang baru saja pulang dari rumah Cindai dan melewati kamar Shilla mengernyitkan dahinya heran. Ia membuka pintu kamar Shilla dan mendapati sang kakak sedang duduk di balkon kamar. Kebingungan Chelsea semakin bertambah, pada siapa kakaknya bicara? Tidak ada orang di sana dan kakaknya juga sedang tidak menelpon. Chelsea memasuki kamar Shilla dan mendekati gadis itu, ia menepuk bahu Shilla pelan.
Shilla mengernyitkan dahinya heran melihat Chelsea berada dikamarnya, kapan gadis ini datang? Kok dia nggak sadar.
“Baru pulang Loe? Darimana aja?” Tanya Shilla karena ia memperhatikan pakaian Chelsea yang masih menggunakan seragam SMP Thetra. Chelsea duduk di kursi sebelah kakaknya. Pertanyaan Shilla memang agak ketus tapi dia tau bahwa kakaknya itu sangat perhatian.
“Dari rumah Cindai. Bosen gue setiap pulang ke rumah nggak ada siapa-siapa.” Jawab Chelsea.
Shilla tersenyum sinis, yang dibilang Chelsea memang benar. Rumah besar ini bagaikan kuburan bagi mereka berdua, Papa dan Mama, kedua orang tua itu sibuk dengan urusan bisnis mereka hingga melupakan masih ada dua orang malaikat kecil mereka yang harus mendapatkan perhatian.
“Oh ya Kak, elo kenapa ngomel-ngomel sendiri?” Tanya Chelsea begitu mengingat niatnya masuk ke dalam kamar kakaknya.
“Biasa,,, si nenek sihir cari masalah lagi sama gue tadi pagi.” Jawab Shilla, Chelsea menghela nafas. Berarti berita yang ia dengar tadi di sekolah memang benar, kakaknya dan Kak Ify buat ulah lagi. Sangat mudah bagi Chelsea untuk mengetahui hal tersebut mengingat gedung sekolahnya berada di samping gedung sekolah kakaknya.
“Gue heran deh kak, elo nggak bosen musuhan sama Kak Ify dari kelas satu?” Tanya Chelsea, setahun…setahun Shilla dan Ify musuhan Cuma karena hal sepele waktu pertama kali masuk di SMA Thetra. Chelsea sudah mengetahui pokok permasalahan mereka karena Shilla selalu bercerita padanya. Awalnya Ify tak sengaja menumpahkan minuman ke blazer Shilla hingga membuat gadis itu marah-marah, Ify yang sifatnya emosian dan tak suka dipermalukan di depan umum balik marah pada Shilla, nah disitulah awal mereka membangun permusuhan.
“Nggak,,, sebelum gue puas lihat dia menderita.” Jawab Shilla sarkatis.
“Terserah elo deh Kak, capek gue ngomong sama Loe.” Ucap Chelsea merasa jenuh, dia berlalu dari kamar Shilla tapi dia dapat mendengar teriakan Shilla yang membalas ucapannya.
“Siapa suruh elo nasehatin gue.”
***Game Of Destiny***
“Morning All,,, ray yang ganteng dan imut ini sudah datang.” Sapa Ray pada teman-teman sekelasnya. Mereka semua langsung menyoraki Ray. Ray mah nggak perduli, dia tetap berjalan memasuki kelas dan menghampiri Marsha kekasihnya.
“Hallo Marshaku yang cantik….” Sapa Ray, Marsha mendengus. Kekasihnya ini terlalu lebay.
“Nyapanya biasa aja dong Ray.” Ucap Marsha, Ray cengengesan, ia tahu Marsha paling nggak suka sifat kelebayannya. “Ok deh Honey. Raymu ini minta maaf pada Marshaku.” Marsha menatap ray kesal, bukan mengehentikan sifat kealayannya Ray malah semakin menjadi-jadi.
“Ray, gue udah bilang ngomong tuh biasa-biasa aja.” Ucap Marsha geram.
“Ray mah nggak bisa ngomong biasa Sha, soalnya dia kan anaknya luar biasa.” Deva yang baru datang bersama Cindai menyahut ucapan Marsha.
“Jelas dong, gue kan anaknya luar biasa ganteng.” Ucap Ray Narsis
“Bukan luar biasa ganteng deh kak Ray, tapi luar biasa gila maksud kak Deva.” Ternyata ada Difa di belakang Deva.
“Eh,,, kunyuk. Ngapain Loe disini. Balik ke kelas Loe gih sono.” Ucap Ray pada Difa. Difa memang berbeda kelas dan tingkatan dengan mereka, Difa kelas VIII sedangkan mereka kelas IX.
“Gue mau jemput Dinda… Tuh anak pagi-pagi udah ada di kelas orang, kan gue nggak ada yang nyambut kalau datang.” Ucap Difa. Ia menghampiri Dinda yang terduduk di belakang Marsha. Mungkin karena keadaan sepi, Dinda yang satu kelas sama Difa merasa bosan dan akhirnya memutuskan untuk menemui Marsha yang pasti ada di kelas.
“Emank loe suaminya pakai disambut segala.” Ucap Bagas membuka suara karena sedari tadi ia hanya jadi pendengar ocehan para sahabatnya ini.
“Kan gue calonnya Kak.” Ucap Difa mantap.
“Ehh kunyuk,,, loe tuh masih kecil udah main calonan aja.” Kata Deva.
“Biarin donk. Daripada kak Bagas nggak punya calon sama sekali.” Ejek Difa.
Bagas mendelik kesal, “Kenapa jadi gue?” Tanyanya sewot. Ray menghampiri Bagas dan menepuk bahu temannya dengan pelan.” Karena di antara kita Cuma elo yang jomblo.”
“Si Chelsea nganggur tuh Gas, mending Loe sama dia aja.” Usul Marsha
“Biar Loe nggak jomblo lagi.” Lanjut Cindai
“Apaan sih elo semua.” Ucap Bagas pura-pura kesal padahal dia udah salah tingkah karena sahabat-sahabatnya menjodohkannya sama Chelsea.Sebenarnya dia udah lama suka sama Chelsea, Cuma karena takut ditolak dia minder duluan untuk mengungkapkan perasaannya.
***Game Of Destiny***
BRAKKK !!!
Shilla menggebrak meja kantin dengan keras, Fourangel yang sedang makan di meja tersebut langsung terlonjak kaget. Shilla menatap sinis Fourangel yang sudah berani-beraninya menduduki wilayahnya. Agni yang merasa tak senang karena acara makannya di ganggu langsung berdiri dan balas menatap tajam Shilla. Shilla tersenyum remeh mendapati lawannya sedang menantangnya.
“Elo apa-apaan sih Kak main gebrak aja. Elo nggak lihat kita lagi makan.” Ucap Agni kesal, memang diantara Fourangel Cuma Agni yang paling berani.
“Gue nggak perduli Loe lagi makan atau apalah, yang gue mau Loe pergi dari sini. Loe lupa ini meja siapa? Ini meja khusus Shingelzeo.” Ucap Shilla sinis
Agni memutar kedua bola matanya, “Gue tau ini meja Loe. Tapi Loe bisa minta dengan cara baik-baik nggak? Gue juga terpaksa duduk di meja ini karena nggak ada tempat duduk lagi.” Ujar Agni.
“Hello… Loe bilang apa tadi? Minta baik-baik… Nyadar donk Loe kalau itu meja punya kita kenapa pula kita harus minta.” Ucap Oik yang ada di belakang Shilla.
Keke memegang lengan Agni, “Udah Ag…Kita pindah aja. Loe jangan cari masalah sama senior.” Bisik Keke dengan nada takut. Agni menurut, dia mengambil mangkuk baksonya dan juice jeruknya, Nova, Acha, dan Keke juga melakukan hal yang sama.
“Makan tuh meja.” Ucap Agni kesal lalu menendang kaki kursi tersebut agak keras. Shilla tak bisa menahan emosinya, ia merasa diremehkan oleh juniornya ini. Dengan cepat ia mendorong Agni hingga membuat gadis itu terjungkal ke belakang dan menyenggol bahu Keke sehingga membuat orange juice yang ada di tangan Keke tertumpah mengenai seseorang yang baru saja lewat. Keke membulatkan matanya begitu mengetahui siapa yang mengenai tumpahan orange juice-nya. Ify.
***Game Of Destiny***
“Argghhh…” Ify memekik tak percaya ketika ada yang berani menyiram bajunya dengan orange juice. Ia menatap blazer-nya yang sudah kotor oleh noda berwarna orange itu, ia masih belum menyadari siapa pelaku yang sudah menumpahkan minuman ke blazernya.
Sivia, Febby, dan Prisill yang ada di sudut kantin langsung menghampiri Ify. Pasalnya mereka tadi menyuruh Ify untuk membeli makanan karena Ify kalah taruhan. Dengan terpaksa Ify harus jadi babu mereka untuk satu hari ini saja, contohnya ya dengan disuruh pergi ke penjual makanan di kantin.
“Siapa yang udah nyiram Ify?” Tanya Sivia dengan nada tinggi, semua penghuni kantin langsung senyap begitu mendengar macan itu mengamuk. Febby dan prisill masih berupaya membersihkan blazer Ify menggunakan tissue.
Shilla yang ada di sana tersenyum sinis, keadaan ini bisa menjadi sebuah keberuntungan untuknya.”Loe mau tahu siapa yang nyiram Ify?” Tanya Shilla, Sivia mengernyitkan dahinya dan menatap Shilla untuk meminta jawaban, “Siapa?” Tanya Sivia dengan ketus.
“Tuh!” Tunjuk Shilla, Sivia mengikuti arah jari telunjuk Shilla. Ia melototkan matanya begitu mendapati pelaku yang dimaksud Shilla. “Keke.” Gumam Sivia, Ify yang mendengar Sivia bergumam langsung mendongakkan kepalanya. Walaupun ia sibuk membersihkan blazernya ia dapat menangkap pembicaraan antara Shilla dan Sivia.
Ify menatap Keke dengan tajam, si sok alim sudah berani mencari masalah dengannya. Dengan cepat ia menjambak rambut Keke hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. Seluruh kantin bersorak riuh melihat kejadian paling seru ini.
“Kak…Sakit kak…” Rintih Keke, tanpa ia sadari airmatanya sudah keluar. Agni sudah mengambil ancang-ancang untuk menolong Keke namun tangannya langsung dicekal oleh Shilla. “Masalah kita belum selesai.” Ucap Shilla sinis. Agni meronta minta dilepaskan namun cekalan Shilla semakin kuat. Tontonan ini semakin seru saja bagi siswa Thetra, dua kubu yang biasanya saling serang kini tanpa sengaja bersatu menyerang satu kubu yang sama. Shilla-Agni dan Ify-Keke.
“Kak tolong lepasin Keke.” Pinta Acha dengan wajah melas, ia sendiri tak tega Keke diperlakukan seperti itu.
“Loe diam aja deh, itu balasan dia karena udah berani numpahin minuman ke baju Ify.” Ucap Sivia ketus.
“Tapi kan Kak, Keke nggak sengaja.” Bela Nova, ia sedari tadi masih bingung untuk membela yang mana, Agni atau Keke. Pilihannya jatuh pada Keke, karena dia tahu sahabatnya itu lemah, sedangkan Agni-ia yakin gadis itu masih bisa melakukan perlawanan.
“Kalau Kak Shilla nggak dorong Agni, Agni nggak akan nyenggol Keke dan minuman itu juga nggak akan kena ke Kak Ify.” Timpal Acha.
“Gue nggak perduli mau karena Shilla atau enggak, gue akan tetap bikin perhitungan sama dia.” Ucap Ify dengan nada emosi. Sudah dari dulu ia selalu menahan emosi jika melihat Keke dan hari ini ia akan melampiaskan semua emosinya.
Keke terisak dan masih berusaha melepaskan tangan Ify yang menarik rambutnya, ia yakin di tangan Ify sudah banyak rambutnya yang rontok. “Kak… Sakit Kak..Tolong lepasin.” Pinta Keke, Ify tetap tak mengubris, ia semakin kuat menarik rambut Keke. Sebanyak apapun Keke mengeluarkan airmata pertahanannya tak akan luluh untuk menyakiti gadis ini.
“BERHENTII….” Teriak seseorang yang baru saja datang. Semua memandang ke arah pintu kantin.
***Game Of Destiny***
CRAG menikmati waktu istirahat dengan bermain A,B,C di dalam kelas. Dasar! Sudah kelas XI kelakuan masih saja seperti anak TK. Mereka mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi ke atas kemudian meletakkan ke atas meja jumlah jari tangan sesuai yang mereka inginkan. Alvin menunjukkan tiga jari di sebelah kanan, Gabriel menunjukkan empat jari di sebelah kanan dan dua jari di sebelah kiri, Rio menunjukkan kelima jarinya yang ada di sebelah kanan, sementara Cakka mulai menghitung jari teman-temannya dan dirinya yang menunjukkan dua jari  di sebelah kiri.
“P….” Pekik Cakka setelah selesai menghitung. Mereka semua mulai berpikir mencari nama hewan yang berawalan P.
“Panda.” Sahut Gabriel cepat
“Pinguin.” Ucap Alvin tak mau kalah, tinggal Rio dan Cakka.
“Pitung.” Jawab Cakka asal dan langsung mendapat tiga toyoran dari teman-temannya. “Pitung kan pendekar Kka bukan hewan.” Ucap Alvin, Cakka cengengesan.
“RIO.”
“Lah, Rio hewan ya?” Tanya Cakka, Rio langsung menjitak kepala Cakka.
“bukan bego, tuh ada yang manggil gue.” Tunjuk Rio pada seseorang yang masuk kelas mereka dengan nafas terengah-engah.
“Loe kenapa Di?” Tanya Gabriel, Goldi-orang yang memanggil Rio tampak mengatur nafas.
“Cewek elo Yo…” Ucap Goldi, Rio terperanjat, “Cewek gue kenapa?” Potong Rio.
“Cewek Loe berantem sama Ify di kantin.” Ucap Goldi. Alvin melototkan matanya. “IFY.” Pekiknya. Dengan segera Alvin berlari keluar dari kelas di susul oleh rio, Cakka, dan Gabriel. Mereka berempat langsung menuju kantin, samar-samar mereka mendengar sorakan riuh dari kantin. Alvin menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk kantin, ia tampak mengatur nafas karena jarak dari kelasnya ke kantin cukup jauh.
“BERHENTI….” Bentak Rio yang kalap akibat melihat Keke-kekasihnya menangis akibat dijambak oleh Ify. Alvin yang melihat wajah Rio langsung bingung, Rio kalau sudah marah tak perduli siapa yang akan dimarahinya dan parahnya lagi Rio akan melampiaskan amarahnya pada orang tersebut. Alvin meneguk ludah, ia harus siap-siap untuk melindungi Ify walau ia tahu Ify salah namun ia tak tega jika Ify jadi sasaran Rio.
Ify tersenyum remeh begitu mendapati Hero si cewek alim ini datang, ia melepaskan tangannya dari rambut Keke. Hal yang sama juga dilakukan Shilla, ia melepaskan tangannya yang mencekal tangan Agni. Semua penghuni kantin dibuat diam oleh suara Rio. Suara yang biasanya lembut itu terdengar seram, mata yang biasanya memancarkan keteduhan kini berubah menjadi kilatan mata harimau yang siap mencabik-cabik mangsanya. Ify tak takut dengan tatapan itu, dia bersikap santai menghadapi Rio yang sudah ada di depannya dan menyembunyikan Keke di belakang punggung pria itu. Rio dan Ify saat ini berhadapan.
Alvin menghampiri Ify untuk menolong sepupunya itu agar tidak menjadi sasaran Rio, begitu mendekat niatnya harus terhenti karena bisikan dari Sivia. “Loe diem aja Vin nggak usah ikut campur. Loe mau Rio musuhin Elo karena nolong Ify.”
Alvin menatap tajam Sivia, ia tak mengerti maksud Sivia berbicara seperti itu. Bukannya Sivia itu sahabat dekat Ify kenapa ia membiarkan Ify berurusan dengan Rio. Sivia menatap jengah Alvin, ia mengerti tatapan itu. “Bukan Gue nggak mau nolong Ify… Tapi Ify nggak akan suka kalau elo campuri masalahnya. Gue tau elo khawatir sama Ify, gue juga,. But,,, Let see… Gue yakin Ify nggak akan kenapa-napa.” Ucap Sivia dengan yakinnya. Alvin mendesah, Sivia ada benarnya juga. Ify memang tak suka kalau Alvin mencampuri urusannya. Ia tau alasan Ify, karena Ify tak mau merepotkannya serta melibatkannya dalam masalah yang dibuat Ify.
“Jangan pernah Loe nyentuh Keke dengan tangan kotor Loe itu.” Bentak Rio. Keke memeluk lengan Rio agar pria itu berusaha tenang, melihat Rio semarah ini membuatnya sedikit takut. Ify. Gadis itu masih terlihat santai di depan Rio, ekspresi wajahnya kelihatan datar, ia sama sekali tidak takut atas bentakan Rio.
“Gue nggak akan nyentuh dia kalau dia nggak nyari masalah sama gue.” Ucap Ify dingin.
“Masalah? Loe pikir Keke tukang cari masalah kayak elo.” Ucap Rio dengan penuh emosi.
Shilla mendengus sebal melihat Rio membela Keke, tapi separuh hatinya senang melihat Ify mendapat musuh baru. Rio. Ini akan menjadi sesuatu yang baru untuk dijadikan sebuah permainan.
Ify menegangkan rahangnya, tangannya terkepal kuat merasa tak terima dengan ucapan Rio yang mengatainya tukang cari masalah walau kenyataannya memang begitu.
PLAAAKKKK!!!
Waawww!!! Seharusnya para siswa Thetra mengabadikan moment ini, si trouble maker sekolah menampar sang ketua Osis.
Wajah Rio merah akibat tamparan Ify dan emosinya yang tadi tertahan.
“Itu balasan buat elo yang beraninya menghina gue.” Ucap Ify penuh amarah, selama ini tak ada yang berani merendahkannya kecuali musuhnya Shilla dan ini ditambah satu lagi, Rio.
Shilla tak terima kalau pangerannya ditampar oleh Ify, ia mendorong bahu Ify kuat hingga membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangan. Ify menatap Shilla tajam.
“Beraninya elo nampar Rio.” Ucap Shilla dengan nada tinggi, Ify tersenyum mengejek. “Ohh,,, Loe mau belain pangeran elo yang nggak pernah nganggap elo. Cihh… Nggak malu Loe dibelain cewek.” Ejek Ify, Rio menatap Ify penuh emosi. Kali ini kesabarannya sudah habis, dengan kasar ia menghentakkan tangan Keke yang memeluk lengannya dan siap-siap untuk menampar Ify. Ify menutup matanya pasrah ingin merasakan tamparan Rio. Sivia dan Alvin sudah mengambil ancang-ancang untuk menolong Ify namun usaha mereka digagalkan oleh seseorang yang sudah lebih dahulu menolong Ify.
Rio merasakan tangannya yang sudah terangkat tinggi dicekal oleh seseorang, “Gue mohon sama elo Yo jangan lakukan itu ke Ify.” Pinta orang itu dengan lembut. Rio mendesah dan menurunkan tangannya, melihat mata temannya yang penuh harap itu membuat hatinya luluh untuk tidak menampar Ify.
Ify membuka matanya dan mendapati seseorang di depannya, “Debo.” Pekiknya. Debo langsung menarik tangan Ify untuk keluar dari sana. Alvin mengisyaratkan semuanya agar bubar, “Bubaarrrr Loe semua…” teriak Alvin. Semuanya mendesah kecewa, kenapa kejadian akhir-akhir ini harus berending dengan tidak jelas. Mereka semua bubar termasuk Shilla and the gank.
Yang ada di sana hanyalah fourangel dan CRAG. Rio memperhatikan mata Keke yang nampak sembab dan penampilan gadis itu nampak acak-acakan. Ia mendekati memeluk Keke agar gadis itu tenang.
“Kamu nggak apa-apakan?” Tanya Rio lembut, Keke mengangguk dalam pelukan Rio. Semuanya tidak akan sakit karena terobati dengan rengkuhan hangat Rio.
“Berasa dunia milik berdua yang lainnya mah ngontrak…” Sindir Cakka, rio melepaskan pelukannya dan jadi malu sendiri. Ia melupakan ada teman-temannya di sana. Pipi Keke juga kelihatan merah karena malu. Teman-teman mereka berdehem-dehem ria.
***

2 komentar: