Game Of Destiny Part 1
Dua mobil dari arah berlawanan melaju dengan cepatnya
berebut siapa yang terlebih dahulu mencapai gerbang. Hal itu membuat
siswa-siswa yang sedang berjalan ingin masuk ke sekolah harus meminggirkan
dirinya agar terhindar dari dua mobil yang dikendarai dua orang sinting
tersebut. Mereka sudah cukup sering disuguhi adegan balap mobil untuk memasuki
gerbang SMA Thetra oleh dua pelaku tersebut. Tak ayal banyak protes yang
diajukan siswa Thetra kepada pihak sekolah untuk menghentikan aksi dua orang
tersebut, namun sepertinya belum ada kebijakan apapun untuk mengehentikannya
mengingat latar belakang dua orang tersebut.
CKYYIIIIITTTTTT!!!! BRAKKK !!!!
Semua siswa yang sudah datang menyaksikan kejadian di sana
dengan tak percaya, mata mereka melotot sangkin kagetnya. Mobil Jazz Merah dari
sebelah kiri dan Mobil Jazz Silver dari sebelah kanan saling bertabrakan hingga
membuat bagian depan kedua mobil itu rusak. Para siswa berdecak kagum, mereka
meyakini besok dua pengemudi itu akan melakukan aksi yang sama lagi dengan
mobil yang berbeda karena setiap harinya mobil kedua pengemudi itu rusak akibat
tabrakan.
Masing-masing pengemudi turun dari mobil diikuti penumpang
lainnya. Empat orang dari mobil jazz merah menatap sinis penumpang mobil Jazz
Silver yang juga berjumlah empat orang. Para siswa Thetra tak mau melewatkan
kejadian langka ini karena jika mereka berdelapan sudah saling berhadapan akan
terjadi hal yang seru untuk dijadikan tontonan oleh siswa Thetra.
Pengemudi Jazz merah maju ke depan dan bersandar pada kap
mobilnya, tangannya ia silangkan di dada membuat si pengemudi jazz Silver
merasa tertantang. Keduanya saling bertatapan tajam dan ingin saling menerkam.
Para siswa sudah bersorak-sorak ramai dengan tepuk tangan seakan ini adalah
pertandingan seru, separuh dari siswa Thetra menyorakkan nama pengemudi Jazz
merah dan separuh lainnya menyorakkan nama pengemudi jazz silver sebagai
dukungan. Satpam yang ada di sana hanya bisa menelan ludah, kejadian ini sudah
sering dia lihat jika dipagi hari. Ingin melarang takut dipecat, dibiarkan bisa
berabe urusannya.
TINN!!!TINN!!!
Sorakan riuh itu terhenti dan Satpam bernafas lega karena
bunyi klakson di belakang mobil Jazz merah itu menghentikan aksi saling terkam
yang ingin dilakukan dua pengemudi sinting tadi. Para siswa berbondong-bondong
melihat siapa yang berani menghentikan aksi dua orang ini? Pengemudi Ferrari
putih milik Prince Thetra.
Melihat siapa yang menghentikan aksinya, pengemudi jazz
Silver merapikan rambut panjangnya yang dikeriting bagian bawahnya saja.
Pangemudi Jazz merah melengos dan mencibir mendapati musuhnya sedang memasang
senyum menggoda ditambah lagi kedatangan pengemudi Ferrari putih yang
menghalangi niatnya untuk mencakar wajah si pengemudi Jazz Silver.
“Woii… Pinggirin mobil Loe. Gue mau masuk!” Teriak Pengemudi
Ferrari putih. Pengemudi jazz merah dengan wajah datarnya masuk ke dalam mobil
diikuti antek-anteknya dan mobilnya melaju pesat menuju parkiran sekolah
kemudian menyusul mobil Ferrari putih diikuti mobil Jazz silver dibelakangnya.
Para siswa di sana mendesah kecewa karena tontonan gratis
dan seru mereka harus berakhir tanpa ending yang jelas. Semua siswa kembali ke
kegiatan masing-masing.
Kembali pada tiga mobil tadi, Penumpang jazz merah berdiri
di samping mobil mereka dengan gaya yang berbeda. Si pengemudi menyilangkan
kedua tangannya di dada, teman di sampingnya yang mempunyai rambut sebahu dan
memiliki pipi chubby menyandar pada mobil sambil memutar-mutar BB-nya. Di
samping gadis berambut sebahu ada gadis berwajah seperti barbie sibuk memelintir
ujung rambutnya dengan jari telunjuknya. Dan terakhir gadis yang memegang
pensil cantik sibuk menatap pengemudi Jazz Silver dan Ferrari Putih yang akan
turun.
Pangemudi Jazz merah berdecak sinis begitu mengetahui siapa
yang turun dari Ferrari putih. Seorang cowok jangkung berkulit putih namun
manis dan memiliki mata setajam elang serta diikuti seorang gadis mungil,
cantik, dan imut yang amat sangat dikenalnya.
“Fy, Loe nggak lihat muka si Shilla gimana lihat saudara Loe
satu mobil sama Rio.” Bisik gadis berambut sebahu padanya. Pengemudi Jazz merah
bernama Ify itu menatap Shilla-pengemudi Jazz silver yang memasang wajah
cemberut. Ify tampak menahan tawa namun ketika Shilla menatapnya Ify tersenyum
mengejek.
Ify berjalan mendekati Gank Shingelzeo yang diketuai oleh
Shilla, ia tersenyum manis pada Shilla membuat Shilla yang melihatnya rasanya
ingin muntah.
“Selamat menikmati patah hati elo Ashilla Zahrantiara.”
Bisik Ify ditelinga Shilla dengan nada mengejek. Shilla yang merasa diremehkan
seperti itu oleh Ify rasanya ingin menjambak Ify yang sok berjalan anggun di
depan mereka. Tangannya sudah bergerak naik ingin menarik rambut Ify dari
belakang namun niatnya harus terhenti karena tangannya dicekal oleh Angel.
“Jangan Shill,,, elo mau pamor elo turun di depan anak-anak
dan Rio. Kita bisa balas mereka dengan cara yang lebih cantik.” Shilla
mendengus, ya…Angel benar. Kalau dia melakukan hal ini di depan umum anak-anak
akan mengecapnya yang tidak-tidak.
Shilla menatap sinis Ify yang sudah berjalan jauh darinya, “Loe
akan menyesal karena menghina gue Alyssa Saufika.”
***Game Of Destiny***
Prifyfebsi tertawa terbahak-bahak mengingat wajah kesal
Shilla di parkiran tadi, mereka merasa point pertama sudah mereka dapatkan.
Mereka tak perduli ketika anak-anak di dalam kelas memandang aneh ke arah
mereka berempat. Febby dan Prisill yang duduk di depan Ify dan Sivia
menghadapkan tubuh mereka ke belakang.
“Gue yakin setelah ini mereka menyusun rencana untuk
membalas kita.” Ucap Prisill dengan opininya, gadis itu masih saja pada
kebiasaannya memelintir ujung rambutnya sejak diparkiran tadi.
“Ya ialah, mereka kan nggak ada kapoknya mengerjai kita.”
Sambung Febby yang sibuk menggoyangkan pensilnya ke kanan dan ke kiri.
“Dan dari semua rencana yang mereka susun nggak ada satupun
yang berhasil mengenai kita.” Timpal Sivia.
“Yah,, elo tau lah Vi kalau mereka itu otak bodoh semua.”
Ejek Ify, kontan Prisil, Febby, Sivia tertawa.
“Oh ya,,, BTW nih kok Rio betah gitu ya sama saudara Loe?
Gue akui sih saudara Loe cantik tapi kalau dibandingin sama Shilla masih
cantikan Shilla deh.” Ucap Prisil
Ify menggedikkan bahunya, “Tau deh, mau si Rio betah sama si
sok alim itu mau nggak, bukan urusan gue. Lagian apa urusannya sama Elo, jangan
bilang elo suka Rio deh?” Tanya Ify penuh selidik.
“Dulu sih iya, sekarang kan ada Septian. Mati dong gue kalau
sampai suka sama Rio lagi.” Jawab Prisil.
“Ciie…ciiee yang cintanya mentok sama Septian.” Ledek febby
“Kayak Elo nggak aja ke Riko Feb.” Sindir Sivia
“Masih mending Febby mentoknya ke Riko, jelas. Nah elo kagak
ada jelas-jelasnya ke Gabriel.” Ucap Ify pada Sivia. Sivia memasang tampang
kesal, gimana mau jelas sama Gabriel, tuh anak dideketin malah menghindar…Batin
sivia.
“Diantara kita berempat Cuma elo yang belum punya pacar Vi.”
Ini lagi si Prisil maksudnya apaan ngomong gitu? Mau nyindir…
“Kejar gih sebelum diembat sama Angel, gue denger-denger dia
suka Gabriel Loh.” Ucap Febby memanas-manasi. Sivia mendesah, kalau itu mah
kabarnya udah lama banget makanya kebenciannya bertambah pada Shingelzeo semenjak
Angel menghalangi niatnya untuk mengejar Gabriel.
***Game Of Destiny***
“Kakak Loe buat ulah lagi tadi pagi?” Tanya Agni sambil
mencomot kentang goreng yang dicolekkan ke saus. Saat ini Fourangel sedang
berada dikantin menikmati jam istirahat mereka. Nova yang sukanya datang telat
menyimak pembicaraan sahabat-sahabatnya agar ia tak ketinggalan berita
terhangat pagi tadi. Acha si kutu buku masih asyik saja membaca buku biologi
setebal kamus KBBI itu, ia sama sekali tak tertarik dengan kabar yang sering terjadi
di sekolahnya itu. Paling-paling besok akan terjadi hal yang sama.
“Iya… Untung tadi gue sama Kak Rio berangkatnya agak siangan
jadi dia bisa nyegah dua orang itu untuk membuat ulah.” Jawab Keke. Acha yang
mendengar itu kontan menutup bukunya merasa tertarik dengan kejadian tadi pagi
yang mungkin berbeda dengan kejadian sebelumnya.
“Kak Rio nyegah mereka? Tumben Kak Rio mau ikut campur?”
Tanya Acha penasaran
“Sebenarnya nggak mau ikut campur, tapi karena mobil kak Rio
yang mau masuk ke dalam sekolah terhalang mobil kak Ify terpaksa dia harus
turun tangan.” Jawab Keke dengan santai, Acha mengangguk-anggukkan kepalanya
tanda mengerti.
“Terus reaksi Kak Shilla lihat elo sama Kak Rio gimana? Dia
kan ada ditempat kejadian?” Tanya Nova
Keke mendesah pelan, “Seperti biasa,,, dia natap gue sinis.
Ditambah lagi kak Ify ledekin dia, tatapannya itu kayak mau bunuh gue.”
“Berarti kak Ify belain elo dong? Buktinya dia ledekin Kak
Shilla.” Ujar Acha.
Keke tersenyum kecut, “Bukan Cha. Dia memang dari dulu
musuhan sama kak Shilla, mana mau dia belain gue.”
“Elo sama Kak Ify kan sama-sama nggak suka sama tuh nenek
lampir. Kenapa nggak bersatu aja sih buat ngalahin tuh orang.” Ucap Agni
“Kak Ify pernah bilang gini Ag, ‘Masalah elo sama Shilla dan
Masalah gue ke Shilla itu beda, jangan pernah Elo berharap gabung sama gue buat
Shilla hancur’ … Padahal gue nggak ngomong apa-apa ke dia, tiba-tiba aja dia
ngomong begitu ke gue.” Keluh Keke, Agni yang ada di samping Keke mengelus
pundak Keke agar gadis itu bersabar.
“Mungkin Kak Ify masih belum terima bokapnya dan nyokap elo
menikah.” Timpal Nova, Keke menggedikkan bahunya, “Mungkin. Tapi gue berharap
suatu saat kak Ify sadar kalau gue bener-bener sayang sama dia. Gue udah
nganggap dia seperti kakak gue sendiri.”
Nova, Acha, Agni tersenyum, “Aminnnn!!!” Ucap mereka kompak
“Oh ya, hubungan Loe sama kak Rio gimana?” Tanya Nova
mengalihkan pembicaraan agar suasana tak lagi mellow.
Keke tersenyum, “Sejauh ini baik-baik aja. Gue berharap ke
depannya tambah lebih baik. Kalau elo sama Lintar?” Tanya Keke pada Nova
“Gue sama dia setiap ketemu berantem mulu, heran deh gue mau
aja jadi pacar dia.” Curhat Nova
“Gimana nggak berantem, Loe-nya aja nyolot ditambah lagi si
Lintar cerewet.” Sindir Agni, Nova mendengus kesal merasa tak terima Agni
menjelek-jelekkan Lintar. Secerewet apapun Lintar kan pacarnya.
“Hush, kalau Lintar denger bisa berabe tau Ag.” Ucap Acha,
Agni menutup mulutnya lupa bahwa ia sedang berada di kantin. Ia menatap wajah
Nova yang masih cemberut.
“Nggak usah cemberut Nov, tambah jelek Loe.” Ejek Agni
Nova mencibir, “Kayak elo cantik aja.”
“Gue memang cantik dari lahir Nov.” Ucap Agni narsis,
rasanya Nova ingin muntah mendengar Agni memuji dirinya sendiri. “Kalau Elo
cantik elo udah laku dong Ag.” Sindir Acha, tak biasanya gadis ini terlibat
dalam pertengkaran Agni dan Nova. Keke dan Nova tertawa melihat Agni
memanyunkan bibirnya, merasa tak terima dengan penghinaan Acha yang secara tak
langsung mengatakannya jelek.
“Jomblo bukan berarti jelek kan. Jomblo itu hanya menunggu
datangnya pasangan yang cocok.” Ujar Agni.
“Siapa yang bilang?” Tanya Keke
“Agni.” Jawab Agni bangga, Keke hanya bisa geleng-geleng
kepala. Mereka kemudian terlarut dalam suasana candaan yang mereka ciptakan.
***Game Of Destiny***
Anggota basket Thetra saat ini sedang melakukan latihan
mengingat sebentar lagi akan ada pertandingan persahabatan antara SMA Thetra
dengan SMA Trijaya. Alvin selaku kapten basket putra menyusun strategi sematang
mungkin agar mereka bisa mengalahkan SMA Trijaya yang menjadi rival mereka
dalam hal basket. Alvin memberikan pengarahan pada anggotanya tentang rencana
formasi yang akan mereka bentuk, semua mengangguk paham akan apa yang
diterangkan Alvin. Alvin juga memilih langsung pemain inti sebab Pak Duta
selaku koordinator basket sudah mempercayai Alvin untuk memilih langsung pemain
inti. Alvin menunjuk pemain yang memang sudah handal dan sering mengikuti
pertandingan basket. Siapa lagi kalau bukan dirinya, Gabriel, Rio, Cakka, Debo
dan terakhir Riko. Para pemain cadangan tak merasa kecewa karena ini merupakan
pemilihan terbaik Alvin, mereka menyetujui karena mereka tahu kemampuan para
pemain inti yang ditunjuk Alvin.
“Oke. Sekarang kita istirahat setengah jam.” Perintah Alvin,
semua langsung bubar menuju bangku tribun penonton. Debo menghampiri Ify yang
sedari tadi menunggunya, Riko juga sama ia menghampiri Febby yang bergabung
bersama Prisil dan Sivia. Alvin ikut duduk bersama anggota CRAG.
“Aduuhhh,,, capeknya. Mana lapar lagi, coba aja gue punya
pacar terus pacar gue nganterin makanan kayak Debo sama Riko tuh.” Keluh Cakka
sambil memperhatikan rombongan Prifyfebsi plus Riko dan Debo.
“Katanya Playboy kelas kakap, kok nyari pacar aja susah.”
Sindir Rio
“Bukan susah Yo, Cuma belum nemu yang cocok. Oh ya Yo, Gue
baru ingat kalau pacar elo punya temen yang namanya Agni. Comblangin gue sama
dia donk Yo, dari pertama dia masuk gue udah suka sama dia.” Pinta Cakka dengan
tampang melas.
“Agni? Agni Trinubuwati?” Tanya Rio meyakinkan, Cakka
mengangguk menurut info yang ia dapat selama ia menjadi secret admirer Agni sih
nama Agni memang itu.
“Ntar Lah gue usahain. Tapi loe harus bener-bener tobat deh
Kka, soalnya kata Keke dia nggak suka cowok Playboy.” Cakka tersenyum, “Kalau
urusan itu mah gampang.”
“Gampang darimana? Sekarang aja Loe lagi deket-deketnya sama
Oik. Gimana Loe bisa dapetin Agni kalau Elo sama Oik selalu lengket kayak
perangko.” Ucap Gabriel, matanya focus memandang seseorang yang sedang tertawa
lepas. Melihat itu hati Gabriel merasa damai dan tenang.
“Gue nggak pernah deket-deket Oik, dianya aja yang selalu
ngejar-ngejar gue. Loe kan tahu kalau pesona gue selalu kena kemana-mana.” Bela
Cakka narsis, Alvin yang ada di samping Cakka menonyor kepala Cakka.
“Dibanding pesona elo, pesona gue lebih kemana-mana Kka.”
Ucap Alvin tak mau kalah.
“Iya pesona Loe kemana-mana tapi nggak ada yang kena
buktinya S…”
“Jangan nyebut nama dia Kka.” Potong Alvin cepat, Cakka
sengengesan hampir saja dia keceplosan.
“Loe kenapa nggak ungkapin perasaan elo ke dia sih Vin?”
Tanya Rio, sudah menjadi rahasia umum di CRAG kalau Alvin menyukai seseorang.
Alvin melengos, sahabatnya ini pura-pura lupa atau memang
sudah lupa. “Alasan itu lagi.” Tebak Gabriel, kini ia sudah berhenti memandangi
pujaan hatinya dan fokus pada cerita CRAG. Alvin mengangguk.
“Loe terlalu sayang sama Ify Vin sampai-sampai apa yang dia
minta selalu elo turuti termasuk ngorbanin perasaan elo. Coba Loe Tanya Ify
lagi, mungkin dia udah berubah pikiran dan mau mengerti elo.” Nasehat Gabriel
Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, “Loe yakin Ify berubah
pikiran, tadi pagi aja dia udah buat kekacauan lagi.” Terang Alvin, ia sendiri
melihat kejadian itu. Hatinya sakit harus menuruti orang yang disayanginya atau
menuruti keinginan hatinya.
“Vin saat ini sepertinya gue lebih mihak ke Ify deh…” Ucap Cakka,
mereka bertiga menatap Cakka dengan tatapan bingung. “Maksud Loe?” Tanya Alvin
“Gini Vin,,, elo tahu Shilla, maaf Vin gue nyebut namanya
selalu ngejar-ngejar Rio…” cakka melirik Rio yang sedang menatapnya tajam
merasa tak senang Cakka menyangkut pautkan dirinya. “Dan Ify juga tahu hal itu,
ini udah jadi rahasia umum di Thetra kalau Shilla suka sama Rio. Mungkin maksud
Ify melarang elo menyukai Shilla karena dia nggak mau akhirnya elo sakit hati
akibat cinta elo bertepuk sebelah tangan.” Terang Cakka, separuh hati Alvin
membenarkan kata-kata Cakka. Saat ini dipikirannya ada beberapa pertanyaan yang
takkan bisa ia jawab. Apakah dia bisa bertahan dengan rasa yang terbalas ini?
Bagaimana jika nantinya Shilla tak menyukai dirinya, berarti semua rasa ini akan
menjadi sia-sia. Lalu apa yang harus ia lakukan, mengikuti kata Ify kalau dia
harus move on dari Shilla atau mengikuti kata hatinya yang memerintahkannya
tetap bertahan.
“Kalau boleh gue kasih saran ya Vin mending elo buat Ify dan
Shilla baikan, nah dengan begitu elo nggak perlu move on dari Shilla. Terus Loe
deketin Shilla, kasih perhatian gitu. Gue yakin lama-kelamaan rasa suka Shilla
ke Rio akan pudar.” Ucap gabriel santai, Alvin mendelik.
“Ngomong sih gampang Yel, melakukannya yang susah.” Keluh
Alvin
“Usaha lah Vin, kalau elo Cuma diam ditempat semua nggak
akan maju.” Cakka menepuk bahu Alvin agar sahabatnya itu bersemangat.
“Bener apa yang dibilang Cakka. Kalau udah berhasil, nah gue
sama Keke kan aman nggak ada yang gangguin.” Ucap rio dan berhasil mendapat
tiga toyoran dari temannya.
“Itu mah maunya elo…” Sindir Alvin, Rio hanya cengengesan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar